ARTIKEL DIAMBIL DARI HARIAN SUARA MERDEKA
SENIN, 16 JULI 2001
DEMAM SHINCHAN KIAN MEREBAK |
Siapa tak kenal sosok bocah nakal bernama Crayon Shinchan ? Buku dan film kartun buatan Jepang itu , mendapat sambutan hangat di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia terutama setelah RCTI menayangkan filmnya. Sosok Shinchan betul-betul berhasil merebut perhatian masyarakat dan sekaligus mengundang pro dan kontra. Sebagian mereka menilai film tersebut kurang mendidik . Itu lantaran Shinchan dianggap sosok anak kecil cerdik dan sedikit kurang ajar. Karena itu, tak mengherankan pemunculan perdananya banyak mengundang protes. Di satu sisi, kala itu banyak yang menghendaki peredaran film tersebut dicabut lantaran sering terselip dialog berkesan pornografi . Intinya , film kartun tersebut sangat tidak mendidik dan dikhawatirkan merusak moral dan perilaku anak bangsa , terutama anak-anak kecil yang menjadi konsumen utama film kartun tersebut. Tapi di sisi lain, tak sedikit masyarakat mendukung film kartun tersebut, lantaran mereka menganggap film itu potret anak-anak yang hidup di berbagai negara maju. Pada dasarnya , kepekaan , kecerdasan dan kecerdikan anak bergantung pada makanan bergizi yang dikonsumsi. Ditambah lagi dengan pengenalan dan perkembangan teknologi dari orang tua pada si anak, yang pada akhirnya membuat anak-anak bisa menjadi cerdik, bukan kurang ajar sebagaimana yang dikeluhkan oleh sebagian orang tua. Hasilnya memang menakjubkan, film Crayon Shinchan makin sukses di pasar. Justru belakangan terjadi fenomena luar biasa seperti merebaknya barang-barang souvenir menampilkan sosok bocah yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak itu seperti kaos, tas, brosur dan buku. Bahkan, pihak RCTI sampai kewalahan menerima pasokan iklan, saat Crayon Shinchan ditayangkan.
Peredaran Kenyataan itu menggelitik distributor VCD untuk menampilkan Crayon Shinchan dalam bentuk VCD original. Puluhan distributor antre ingin memiliki copyright dari IMMG, pemegang hak paten film kartun tersebut, yang pada akhirnya dimenangkan oleh perusahaan Navirindo Audio Visual (NAV) . Proses seleksi ketat dilakukan , dan Jepang memberi kepercayaan pada PT Navirindo Audio Visual (NAV) untuk mengedarkannya lewat VCD original. Hal itu , sekaligus merupakan jawaban bagi masyarakat akibat telanjur membeli versi bajakan. Selain mutu gambar dan suaranya jelek, versi bajakan cuma menampilkan satu episode atau berdurasi 12 menit saja. Direktur NAV, Prathandy kepada Suara Merdeka kemarin mengatakan , produk original menampilkan enam judul episode. Sementara, pihaknya mengedarkan dua volume, masing-masing bertajuk Memberi Makan Shiro dan Gadis Penjual Menuntut Balas. "Produk kami memakai stiker berlogo NAV", jelas Prathandy, seraya menyebutkan , VCD yang asli memiliki mutu gambar yang baik dan suaranya sangat jernih disertai pengisi suara asli ( versi Indonesia ) , Ony Syahrial , pelakon Ucil dalam serial Tuyul dan Mbak Yul . ( my comment : Kapan ya versi Jepangnya muncul ?? ^_^ ) Penurunan daya beli masyarakat , dikatakan Prathandy memaksanya memutar otak mencari waktu yang tepat untuk melempar produk ke pasar. Akhirnya, dipilih waktu libur panjang sekolah pekan lalu, yang diperkirakan merupakan waktu terbaik. "Sebelum dicatak , kami kewalahan melayani permintaan pasar. Karena itu, kami yakin ada peningkatan kesadaran masyarakat membeli VCD asli. Itu karena masyarakat terlalu sering diragukan oleh ulah para pembajak", imbuh Prathandy. Tahap pertama, masing-masing dicetak 5000 keping . Untuk situasi sekarang , jumlah tersebut sangat fantatis bila habis dipasaran. "VCD original umumnya terjual di bawah angka tersebut. Bahkan , ada pula yang terjual cuma 2000 keping." , lanjut Prathandy, raja distributor VCD film nasional. |